BAB VIII
ALIRAN-ALIRAN DALAM ILMU AQIDAH (II)
A.
Mu’tazilah
۞ Pengertian
Secara harfiyah kata mu’tazilah berasal dari kata I’tazila yang berarti berpisah atau
memisahkan diri, yang berarti juga menjauh atau menjauhkan diri.[1]
۞ Sejarah
Aliran
Mu’tazilah (artinya memisahkan diri ) muncul di Basrah, Irak, pada abad kedua
Hijriyah. Kelahirannya bermula dari tindakan Wasil bin Atha (700-750 M/ 80-131
H) memisahkan diri dari gurunya, Imam Hasan al-Basri karena perbedaan pendapat
antara keduanya. Wasil bin Atha berpendapat, bahwa seorang mukmin yang
melakukan dosa besar, statusnya bukan mukmin lagi namun tidak juga kafir yang
berarti fasik. Sebaliknya menurut Imam Hasan al-Basri, mukmin yang melakukan
dosa besar statusnya tetap mukmin.[2]
Ajaran dasar
Mu’tazilah yang tertuang dalam al-Ushul al-Khamsah adalah bagi mereka, orang
yang berbuat dosa besar bukan kafir tapi bukan pula mukmin. Mereka mengambil
posisi antara mukmin dan kafir yang dalam bahasa Arabnya dikenal dengan istilah
al-Manzilah bain Manzilatain.
Setiap
pelaku dosa besar, menurut Mu’tazilah berada diposisi tengah diantara posisi
mukmin dan posisi kafir, jika pelakunya meninggal dunia dan belum sempat
bertobat, ia akan dimasukkan kedalam neraka selama-lamanya. Walaupun demikian,
siksaan yang diterimanya lebih ringan dari pada siksaan orang kafir. Dalam perkembangannya,
beberapa tokoh Mu’tazilah, seperti Wasil bin Atha dan Amir Amr bin Ubaid
memperjelas sebutan itu dengan istilah fasik yang bukan mukmin atau kafir. Lalu timbul
pula dalam Islam dua aliran teologi yang terkenal yaitu al-Qadariah dan
al-Jabariah.[3]
Mu’tazilah
memiliki lima ajaran pokok:
1.
At
Tauhid (Keesaan Tuhan)
Dalam
hal ini Mu’tazilah berpendapat, antara lain bahwa:
a.
Tidak
mengakui sifat Allah SWT, sebab apa yang dikatakan orang sebagai sifat Allah,
tidak lain zat Allah itu sendiri.
b.
Al-Qur’an
adalah makhluk, sebab ia diciptakan dan tidak qadim.
c.
Tuhan,
di alam akhirat kelak, tidak dapat dilihat oleh mata manusia. Yang terjangkau
oleh mata manusia bukanlah Tuhan.
d.
Allah
tidak sama dengan makhluk (tajassum).
2.
Al
‘Adl (Keadilan Tuhan)
Dalam
hal ini Mu’tazilah berpendapat bahwa Allah SWT akan memberikan imbalan kepada
manusia sesuai dengan apa yang telah diperbuat oleh manusia.
3.
Al
Wa’adwal Wa’id (Janji dan ancaman)
Dalam
hal ini Mu’tazilah berpendapat bahwa Allah tidak akan mengingkari janjinya
member pahala kepada orang muslim yang berbuat baik, dan menimpakan siksa
kepada orang muslim yang berbuat dosa.
4.
Al
Manzilah Bainal Manzilatain (Posisi di antara dua posisi)
Ajaran
ini dicetuskan oleh Wasil bin Atha sendiri yang menyebabkannya memisahkan diri
dari Imam Hasan al-Basri, bahwa seorang mukmin yang berbuat dosa besar,
ststusnya di antara mukmin dan kafir, yakni fasik.
5.
Amar
Ma’ruf dan Nahi Munkar
Amar
Ma’ruf (tuntutan untuk berbuat baik) dan Nahi Munkar (mencegah segala perbuatan
yang dibenci atau tercela). Jadi ajaran Mu’tazilah yang terakhir ini lebiah
banyak berkaitan dengan hukum atau fikih.
۞ Tokoh-tokoh
Tokoh-tokoh
Khawarij yang terkenal ialah:
1.
Wahil
bin Atha, lahir di Madinah tahun 70 H, yang memperoleh kelahiran aliran ini,
yaitu aliran Mu’tazilah. Wahil bin Atha berpendapat bahwa:
a.
Pelaku
dosa besar posisinya adalah al-Manzilah Bainal Manzilatain.
b.
Manusia
memiliki kebebasan untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukannya.
c.
Manusia
menciptakan perbuatan dan mempertanggungjawabkan perbuatannya.
d.
Allah
tidak memiliki sifat, sifat Allah adalah zat Allah sendiri.
2.
Abu
Huzail al-Allaf (135-235 H/751-849 M), tokoh yang menyusun lima ajaran pokok
Mu’tazilah. Yaitu al-Ushul al-Khamsah.
3.
Al
Nazzam, murid dari Abu Huzail.
4.
Al-Jubba’i,
nama lengkapnya Abu Ali Muhammad bin Abdul Wahab (235-303 H/849-915 M).
۞ Kondisi Saat Ini
Sekalipun aliran
Mu’tazilah tidak eksis lagi, namun pemikiran-pemikiran rasionalnya sering digali
kembali oleh para cendikiawan muslim dan non-muslim.
B. Maturidiyah
Aliran
maturidiyah lahir di samarkand, pertengahan kedua dari abad IX M. pendirinya
adalah Abu Mansur Muhammad ibn Muhammad ibn Mahmud Almaturidi, di daerah
Maturid Samarqand, untuk melawan mazhab Mu`tazilah. Abu Manshur Maturidi (wafat
333 H) menganut mazhab Abu Hanifah dalam masalah fikih. Oleh sebab itu,
kebanyakan pengikutnya juga bermazhab Hanafi. Riwayatnya tidak banyak
diketahui. Ia sebagai pengikut Abu Hanifa sehingga paham teologinya memiliki
banyak persamaan dengan paham-paham yang dipegang Abu Hanifa. Sistem pemikiran
aliran maturidiyah, termasuk golongan teologi ahli sunah.
Untuk mengetahui
sistem pemikiran Al-maturidi, kita bisa meninggalkan pikiran-pikiran asy’ary
dan aliran mu’tasilah, sebab ia tidak lepas dari suasana zamannya. Maturidiyah
dan asy’aryah sering terjadi persamaan pendapat karena persamaan lawan yang
dihadapinya yaitu mu’tazilah. Namun, perbedaan dan persamaannya masih ada.
Al-Maturidi dalam
pemikiran teologinya banyak menggunakan rasio. Hal ini mungkin banyak
dipengaruhi oleh Abu Hanifa karena Al-maturidi sebagai pengikat Abu Hanifa. Dan
timbulnya aliran ini sebagai reaksi terhadap mu’tazilah.
Ajaran-ajaran
pokok aliran Maturidiyah yaitu:
1.
Kewajiban
mengetahui Tuhan. Akal semata-mata sanggup mengetahui tuhan. Namun itu tidak
sanggup dengan sendirinya hukum-hukum takliti (perintah-perintah Allah SWT).
2.
Kebaikan
dan kerburukan dapat diketahui dengan akal.
3.
Hikmah
dan tujuan perbuatan Tuhan. Perbuatan tuhan mengandung kebijaksanaan (hikmah).
Baik dalam cipta-ciptaannya maupun perintah dan larang-larangannya, perbuatan
manusia bukanlah merupakan paksaan dari Allah, karena itu tidak bisa dikatakan
wajib, karena kewajiban itu mengandung suatu perlawanan dengan iradahnya.
Perbuatan tuhan mengandung kebijaksanaan (hikmah). Baik
dalam cipta-ciptaannya maupun perintah dan larang-larangannya, perbuatan
manusia bukanlah merupakan paksaan dari Allah, karena itu tidak bisa dikatakan
wajib, karena kewajiban itu mengandung suatu perlawanan dengan iradahnya.[7]
۞
Golongan-golongan
Golongan-Golongan
Didalam Maturidiyah Ada dua golongan di dalam Maturidiyah yaitu:
1.
Golongan
Samarkand[8]
Yang menjadi
golongan ini dalah pengikut Al-maturidi sendiri, golongan ini cenderung ke arah
paham mu’tazilah, sebagaimana pendapatnya soal sifat-sifat tuhan, maturidi dan
asy’ary terdapat kesamaan pandangan, menurut maturidi, tuhan mempunyai
sifat-sifat, tuhan mengetahui bukan dengan zatnya, melainkan dengan pengetahuannya.
Begitu juga Tuhan
berkuasa dengan zatnya. Mengetahui perbuatan-perbuatan manusia maturidi
sependapat dengan golongan Mu’tazilah, bahwa manusialah sebenarnya mewujudkan
perbuatan-perbutannya. Apabila ditinjau dari sini, maturidi berpaham Qadariyah.
Maturidi menolak paham-paham Mu’tazilah, antara lain maturidiyah tidak sepaham
mengenai pendapat Mu’tazilah yang mengatakan bahwa al-Qur’an itu makhluk.
Aliran Maturidi juga sepaham dengan Mu’tazilah dalam soal al-Waid wa al-Waid.
Bahwa janji dan ancaman tuhan, kelak pasti terjadi. Demikian pula masalah
antropomorphisme. Dimana maturidi berpendapat bahwa tangan wajah tuhan, dan
sebagainya seperti pengambaran al-Qur’an. Mesti diberi arti kiasan (majazi).
Dalam hal ini. Maturidi bertolak belakang dengan pendapat asy’ary yang
menjelaskan bahwa ayat-ayat yang menggambarkan tuhan mempunyai bentuk jasmani
tak dapat diberi interpretasi (ditakwilkan).
2.
Golongan
Bukhara[9]
Golongan Bukhara ini dipimpin oleh Abu Al-yusr Muhammad
Al-Bazdawi. Dia merupakan pengikut maturidi yang penting dan penerus yang baik
dalam pemikirannya. Nenek Al-Bazdawi menjadi salah satu murid maturidi. Dari
orang tuanya, Al-Bazdawi dapat menerima ajaran maturidi. Dengan demikian yang
di maksud golongan Bukhara adalah pengikut-pengikut Al-Bazdawi di dalam aliran
Al-maturidiyah, yang mempunyai pendapat lebih dekat kepada pendapat-pendapat
Al-asy’ary.
Namun walaupun sebagai aliran maturidiyah. Al-Bazdawi tidak
selamanya sepaham dengan maturidi. Ajaran-ajaran teologinya banyak dianut oleh
sebagin umat Islam yang bermazab Hanafi. Dan pemikiran-pemikiran maturidiya
sampai sekarang masih hidup dan berkembang dikalangan umat Islam.
C. Ahlus Sunnah Waljamaah
۞ Sejarah[10]
Yang
tergolong dalam aliran ini adalah mereka yang mengikuti sunnah Nabi Muhammad
saw (ahlussunah) dan sahabat Nabi (jamaah). Pendiri aliran ini ialah Abu
al-Hasan al-Asy’ari di Bashrah dan Abu Mansur al-Maturidi di Samarkand.
Abu
al-Hasan al-Asy’ari (260-324 H / 873-935 M), adalah cucu dari sahabat Nabi yang
terkenal, Abu Musa al-Asy’ari. Semula ia berpaham Mu’tazilah karena diasuh dan
berguru pada ayah tirinya Abu Ali al-Jubba’I yang juga guru besar Mu’tazilah di
Bashrah. Pada akhirnya, ia meragukan paham Mu’tazilah dan memohon kepada Allah
SWT agar diberi petunjuk jalan yang benar.
Ketika
berusia sekitar empat puluh tahun, Abu Hasan memproklamirkan diri bahwa ia
telah meninggalkan keyakinannya yang lama. Sejak saat itu ia menyebar-luaskan
paham barunya yang terkenal dengan nama ahlussunnah
waljamaah.
Pokok-pokok
pikiran Abu Hasan al-Asy’ari, antara lain:
1.
Tuhan
mempunyai sifat-sifat sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran
2.
Al-Quran
adalah qadim, bukan mahluk. Hal ini didasarkan pada ayat: sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah
berkata kepadannya: “jadilah!” maka terjadilah ia (Q.S Yasin: 820)
3.
Kelak
di akhirat Tuhan dapat dilihat oleh mata kepala manusia pendapatnya ini
didasarkan pada ayat: “Wajah-wajah orang
mukmin pada hari itu berseri-seri. Kepada tuhan mereka melihat.” (Q.S.
Al-Qiyamah: 22-23)
4.
Orang
muslim yang berbuat dosa besar apabila meninggal dunia sebelum bertobat, tetap
mukmin tidak kafir dan berada diantara mukmin dan kafir. Sedangkan keadannya di
akhirat kelak terserah kepada Allah SWT. Bisa jadi mendapat hukuman dengan
dimasukkan kedalam neraka sesuai dengan kadar dosanya, namun bisa juga
sebaliknya, mendapat ampunan dari Allah SWT atau mendapat syafaat dari
Rasulullah saw. Sehingga masuk surga.
Jelaskan
bahwa pokok-pokok pikiran al-Asy’ari bertolak belakang dengan paham-paham yang
diajarkan oleh Mu’tazilah.
Abu
al-Hasan al-Asy’ari juga menulis beberapa kitab tentang ilmu kalam.
Kitab-kitabnya terpenting yang menjadi dasar pemikiran aliran yang diproklamirkannya
dan menjadi pegangan bagi pengikutnya, adalah:
1.
Al-Ibanah’an
Ushul al-Dinayah, yang
berisi pokok-pokok pikiran ajaran Ahlisunnah Waljamaah.
2.
Al-Luma fi
al-Radd ‘ala Ahl al-Ziyaq wa al-Bida, yang berisi pandangan dan ajaran Al-Asy’ari
tentang ilmu kalam, dan jawaban terhadap serangan lawan.
[1]Dr. Abdul Rozak
.M.Ag dan Dr. Rosihon Anwar . M.Ag., Ilmu Kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 2009),
cet. IV, hlm. 137.
[2]Syamsul Rijal Hamid, Buku
Pintar Agama Islam Edisi Senior , (Jakarta: Penebar Salam,1994), cet.
I-XIII, hlm. 48.
[3] Dr. Abdul Rozak
.M.Ag dan Dr. Rosihon Anwar . M.Ag., Ilmu Kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 2009),
cet. IV, hlm. 137.
[4] Syamsul Rijal Hamid, Opcit, hlm. 49.
[5] http://kiflipaputungan.wordpress.com/2010/04/16/aliran-maturidiyah/
[6]http://romipermadi.blogspot.com/sorry/?continue=http://romipermadi.blogspot.com/2011/04/mutazillahmaturidiyahahlus-sunnah-wal.html
[7]
http://kiflipaputungan.wordpress.com/2010/04/16/aliran-maturidiyah/
[8] http://romipermadi.blogspot.com/sorry/?continue=http://romipermadi.blogspot.com/2011/04/mutazillahmaturidiyahahlus-sunnah-wal.html
[9] Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-aliran Sejarah Analisa
Perbandingan, (Jakarta: UI Press, 1986), hlm. 76.
[10] Syamsul Rijal
Hamid, Opcit, hlm. 50.
[11] Syamsul Rijal
Hamid, Opcit, hlm. 51.
0 Komen:
Posting Komentar