Kamis, 11 Oktober 2018

Karena Gua #Milanisti

Tiba-tiba aja gua pengen liat AC Milan di youtube, dan gua nemu video ini. Judulnya “AC Milan Kings Of Europe 2007 The Movie” by Riko Chekoek.


Gua udah beberapa kali liat video ini. Sekitar dua tahunan yang lalu. Tapi asli, tiap kali liat video ini, gua pasti berasa nostalgia. Jadi kangen masa-masa Milan dulu. Masa di mana Milan adalah tim terbaik yang sangat ditakuti oleh lawan-lawannya. Gimana ga, deretan pemain bintang berkumpul di dalamnya. Sebut aja tiga pemain utama idola gua; Ricardo Kaka’, Filippo Inzaghi dan Andrea Pirlo.

Berkat sumbangsih mereka bertiga, Milan berhasil menyabet gelar Champions League 2007 dan sekaligus mengobati luka mendalamnya terhadap Liverpool. Ga ada drama, ga ada perpanjangan waktu, dan ga ada lagi momen fantastis yang diciptakan Steven Gerrard.

Bisa dibilang, Milan belajar banyak dari kekalahan pahitnya di tahun 2005. Di sisi lain, Kaka’ sang "anak emas" Milan dinobatkan sebagai pemain terbaik dunia 2007 dan berhasil mendapatkan Ballon d’Or. Menang telak dari “dua alien”: Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi.

Inget banget pas laga final AC Milan vs Liverpool 2007 ini. Gua nonton dan teriak-teriak seorang diri saking excited-nya Milan juara. Bahkan gua sampe meneteskan air terjun. Lebay ga tuh! wkwk

Kenapa? Karena gua Milanisti. Gua bangga udah tau Milan sejak kecil. Gua suka sepak bola ya karena Milan. Bagi gua, Milan adalah salah satu tim yang menginspirasi dan memotivasi hidup gua kala itu. Bahkan sekarang.

Share:

Jumat, 28 September 2018

Pengen Nulis Lagi



Entah kenapa dari kemarin gua pengen banget ngeblog. Bukan sekedar mengganti tampilan blog, tapi juga isi kontennya. Gua pengen nulis tentang hal-hal yang belakangan ini terjadi sama gua. Butuh tempat untuk meluapkan itu semua, dan ya blog adalah tempat yang paling tepat menurut gua.

Satu-satunya tempat untuk bisa mengaktualisasi diri dengan tulisan panjang. Walaupun banyak orang kini beralih dan lebih senang menulis di microblog semacam jejaring sosial yang hanya butuh tulisan pendek.

Bisa dibilang blog kini mulai sepi. Tapi justru itu, bagi gua menulis cerita di blog adalah sebuah cara ampuh buat nenangin diri, apalagi buat orang introvert model gua gini, wkwk.

Sebenarnya, gua juga udah bikin beberapa list judul cerita tentang apa aja yang belakangan ini terjadi sama gua. Hanya aja butuh waktu untuk menuangkan itu semua.

Ya semoga aja keinginan gua untuk menulis bisa terlaksana secepatnya. Udah lama juga si gak nulis. Padahal dulu gua suka banget nulis. Karenanya, mumpung gua baru lulus kuliah dan berstatus sebagai jobseeker, gua pengen mengisi hari-hari gua (salah satunya) dengan menulis.


Image Source: https://pixabay.com/id/photos/wordpress-blogging-blogger-editor-265132/
Share:

Selasa, 25 September 2018

Kisah Klasik "Kuliah Kerja Nyata" #KKN GEMPAR 2014 (Part 4)

Sebelumnya di Part . . . 1 - 2 - 3

Salah satu alasan yang membuat saya nyaman dan betah untuk tinggal di sana yaitu adanya anak-anak kecil yang senantiasa menghibur. Semangat dan senyuman mereka bisa menjadi obat penyembuh di kala letihnya saya dari padatnya aktifitas. Membakar kembali semangat saya yang ingin padam. Dari yang saya lihat, mereka sangat ramah dan senang dengan kehadiran orang asing. Sikap polos dan keagamisan mereka sangat jelas terlihat. Ini bisa dilihat dari cara mereka menyapa orang lain di jalan dengan mengucapkan kalimat “assalamualaikum”. Mungkin itu karena didikan yang ditanamkan oleh orang tua dan guru mereka di sana. Sangat berbeda dengan anak-anak kecil di Jakarta, yang identik dengan sikap acuh tak acuhnya dan sikap kekurangsopanan terhadap orang lain.

Rumah kami sering diramaikan dengan kehadiran anak-anak. Hampir tiap harinya rumah kami tidak pernah sepi. Mereka datang untuk sekedar belajar dan bermain di taman baca yang kami buat. Melihat anak-anak kecil desa bisa berkumpul dan bermain bersama dengan yang lainnya membuat saya teringat akan masa kecil saya dulu. Di mana pada masa-masa kecil, saya masih bisa merasakan permainan tradisional bersama-sama seperti anak-anak kecil di sana. Berbeda dengan anak-anak kecil di perkotaan pada masa kini, yang jika saya lihat cenderung individu dengan permainan teknologi yang mereka miliki. Mungkin karena itulah, yang membuat saya menyukai dunia anak-anak, apalagi jika melihat mereka bisa bermain bersama dengan teman-temannya.

Dari banyaknya anak-anak yang sering datang ke rumah kami, ada dua diantaranya yang menjadi pusat perhatian saya selama ini, yang membuat saya merasa bangga akan semangatnya dan terharu akan kondisinya. Sepasang kakak beradik yang tiap beberapa harinya harus menempuh perjalanan jauh, sekitar kurang lebih satu jaman ke taman baca kami hanya untuk sekedar belajar dengan anak-anak desa lainnya. Semangat belajarnya yang sungguh luar biasa membuat saya malu akan diri saya sendiri, di mana dengan keadaan mereka yang serba kekurangan masih bisa mempunyai semangat seperti itu. Ketika saya dan beberapa teman saya, sebut saja  Alung, Yuni dan Risna mengantarkan mereka pulang ke rumahnya usai taman baca selesai, hati kami merasa teriris. Melihat kondisi keluarga dan rumahnya yang berada di tengah-tengah sawah tanpa ada pencahayaan lampu listrik, menambah kami merasa terharu dan tergerak untuk melakukan sesuatu. Miris sekali rasanya, di zaman yang serba modern ini masih saja ada rumah yang tanpa adanya listrik. Namun, di balik senyuman mereka berdua, terdapat sebuah harapan yang tersimpan dan rasa yang terpendam akan sesuatu. Ya, menyimpan asa, memendam rasa. Entah apa itu, saya tidak tahu. Setidaknya itulah yang saya pribadi rasakan.

Itulah kesan-kesan yang dapat saya tuangkan ke dalam bentuk tulisan. Pada intinya, semua suka, duka, canda, tawa, senang, sedih, galau, cinta, lelah, manis, dan pahit, semua terangkum menjadi satu ikatan momen kenangan yang tak ternilai buat saya sendiri. Kelak di suatu hari nanti, semua rasa ini pasti akan saya rindukan dan akan menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan  bagi saya, dan mungkin kawan-kawan KKN GEMPAR. Saya ucapkan maturnuhun untuk semua kawan-kawan KKN GEMPAR (Neneng Sobibatu Rohmah, Tubagus Chaerul Alam, Dede Saepudin, Muhammad Ikhsan, Mu’min Billah, Yuni Rahmawati, Risna Nur Hasanah, Yayah Zahriyatul Fahiroh, Rizky Nurul Haq, Faiz Muhammad Yusuf, Listia Guntari, Fahrul Yusuf, Ahmadi) atas kerja sama kalian selama satu bulan di sana, suatu kehormatan bagi saya bisa bekerja bersama kalian semua, dan maturnuhun juga untuk semua masyarakat Desa Sukaharja yang selama ini telah menerima kami semua layaknya keluarga sendiri dengan hati terbuka. Semoga apa yang telah kami semua lakukan di sana meninggalkan kesan positif bagi masyarakat di sana.

Salam KKN GEMPAR for you-from me, Jumadi.
Sekian.
 ***
Share:

Kisah Klasik "Kuliah Kerja Nyata" #KKN GEMPAR 2014 (Part 3)

Sebelumnya di Part . . . 12

Pokoknya Desa Sukaharja itu sesuatu banget dah. Jika kata Andra and The Backbone mah, Sukaharja itu “sempurna”. Sempurna akan cintanya, keharmonisannya, kekeluargaannya dan keindahan desanya. Di Sukaharja ini, saya lebih mengerti apa makna sesungguhnya dari pepatah “tak kenal maka tak sayang”. Yaaa, sepintas pepatah tersebut memang terdengar umum dan biasa-biasa saja, namun setelah hal-hal yang selama ini saya alami dan saya peroleh di Desa Sukaharja ini, kalimat dari pepatah itu menjadi lebih bermakna dan lebih memiliki arti tersendiri buat saya. Mungkin orang-orang di luar sana benar, bahwa kita takkan pernah bisa mencintai apapun selama kita belum mengenal apa yang akan kita cintai pada nantinya. Contohnya saya, hehehe. Seperti yang saya katakan di atas sebelumnya. Awalnya, saya tidak mengenal apa itu Desa Sukaharja, dan sempat memandang Sukaharja itu dengan sebelah mata. Berpikiran, jika saya tidak akan betah untuk tinggal berlama-lama selama sebulan di sana. Namun, seiring waktu berjalan dan hal-hal yang saya dapatkan di sana faktanya pun berbeda. Merubah kesan awal saya terhadap desa sebelum melakukan kegatan KKN. Yaps, proses dan waktulah yang merubah segalanya. Ingin rasanya saya berlama-lama lagi tinggal di Sukaharja ini. Sempat juga berpikir, jika di suatu hari nanti ada rezeki ingin memiliki rumah di sana dan bisa melakukan sesuatu untuk desa dalam bentuk sebuah aksi nyata untuk membangun dan merubah Desa Sukaharja menjadi jauh lebih baik lagi. Ya, semoga impian ini bisa tercapai Ya Allah, hehehe.

Selama KKN di Desa Sukaharja ini, saya juga merasakan ada perbedaaan yang sangat kontras antara kehidupan di kota dengan kehidupan di desa. Katakanlah Jakarta dengan Sukaharja. Jika di Jakarta saya hanya bisa mendapatkan cinta dari orang-orang terdekat saya saja, maka lain halnya di Sukaharja yang telah banyak memberikan cinta ke saya dan juga kawan-kawan KKN GEMPAR. Sosok pribumi dan keramah-tamahannya yang masih kental dapat jelas saya lihat dan saya rasakan. Sopan santun, murah senyum, persaudaraan yang sangat erat, dan selalu menerima tamu yang datang dari luar layaknya keluarga sendiri, itulah Sukaharja. Saya merasa mendapatkan keluarga baru di sana. Salah satu pengalaman yang kami rasakan yaitu, kami sering diundang oleh masyarakat sana untuk melakukan liwet bersama, yang terlebih dahulu diawali dengan melakukan tahlilan. Dari situ kami menambah keakraban kami melalui makan-makan bersama diiringi dengan percakapan santai. Mungkin karena hal-hal inilah yang membuat saya pribadi merasa dirangkul dan merasa dijadikan salah satu bagian keluarga masyarakat Sukaharja. Selain itu, jika di Jakarta saya biasa disandingkan dengan hiruk-pikuk dan keramaian kota, maka di Sukaharja saya dimanjakan dengan kenyamanan, kesejukan dan keindahan panorama desanya. Ketika tanah pasundan diciptakan, Tuhan Yang Maha Esa sedang tersenyum. Nampaknya peribahasa tersebut benar adanya jika kita melihat keindahan alam yang dimiliki Desa Sukaharja, karena sangat memukau siapapun yang memandangnya. Bahkan dari salah satu video yang saya tonton di situs youtube mengenai Desa Sukaharja yang diunggah oleh Komunitas Bajidoris Bandung West Java pada tahun 2013, di dalamnya dikatakan bahwa ada sebuah majalah terkemuka di Indonesia pernah menyebut desa ini sebagai “Jalur Hijau yang Terpinggirkan”. Majalah yang sama juga menyebut Desa Sukaharja sebagai “Mutiara Hijau yang Terlupakan”Subhanallah. Mungkin apa yang dikatakan di dalamnya benar, jika kita mengungkap sebenarnya potensi apa yang dimiliki desa kecil ini, yang sungguh luar biasa. Desa Sukaharja kaya akan sumber daya alam, antara lain perkebunan, pertanian, pertambangan lokal dan perdagangan hasil bumi, serta sebagian masyarakatnya memiliki keterampilan dalam kerajinan pandai besi. Keterampilan tersebut sudah sangat terkenal dan menjadi pemasok utama perkakas di Kabupaten Bogor. Tampak jelas hutan-hutan rindang, hamparan persawahan, kebun, air terjun (curug), pegunungan dan gunung yang masih begitu alami yang menghiasi Desa Sukaharja. Salah satu gunung yang terkenal di sana adalah Gunung Batu, yang secara gagah berdiri kokoh dan menjulang tinggi di atas sana, yang seolah-olah selalu mengawasi semua kegiatan masyarakat Desa Sukaharja. Kami bisa mengatakan, bahwa Gunung Batu ini sudah seperti sebuah icon desa bagi masyarakat di sana. Membentang indah di tanah pasundan. Mungkin karena hal-hal inilah yang menjadikan Desa Sukaharja berbeda dengan desa-desa tetangga lainnya. Sehingga tidak salah jika Desa Sukaharja Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor dijuluki sebagai “Jalur Puncak Dua Bogor”. Bahkan dengan melihat potensi daerah dan perjuangan keras dari seluruh lapisan masyarakat desa dalam upaya melakukan perubahan-perubahan penting dalam sektor vital, bukan tidak mungkin Desa Sukaharja dapat menjadi desa percontohan Sekabupaten Bogor, dan tentu Sukaharja selanjutnya memiliki sebutan “Mutiara Hijau Bogor Timur”.

Mungkin salah satu permasalahan utama di sana yaitu akses jalan yang sulit untuk ditempuh, dikarenakan jalan yang rusak dan seram. Bayangkan saja, jika di Jakarta pada jam enam sore masih ramai dengan berbagai aktifitas yang menggunakan transportasi kendaraan bermotor, maka lain halnya dengan Desa Sukaharja yang sepi akan aktifitas dalam menggunakan transportasi kendaraan bermotor. Ini dikarenakan ketakutan warga akan rawannya tindak kejahatan yang dilakukan oleh para penjahat di jalan atau yang di sana sering disebut sebagai “bajing lompat” yang selalu menghantuinya. Belum lagi suasana jalan di sekitar desa yang sangat sepi, gelap dan seram yang menambah ketakutan bagi setiap orang yang melintas. Saya sendiri pun pernah mengalaminya bersama teman saya yang akrab disapa Alam. Pada saat itu kami berdua baru saja pulang dari berbelanja kebutuhan hadiah lomba. Kebetulan kami pulang jam enam sore, dan Masya Allah, itu yang namanya jalan sudah rusak, sepi, gelap pula. Dengan perasaan takut yang menghantui saya akan adanya hantu ataupun bajing lompat, saya pun mulai mengeluarkan komat-kamit dalam bentuk do’a dengan perlahan, hehehe. Entah apakah Alam takut juga atau tidak. Namun, sepertinya sih dia takut juga, hahaha. Ini bisa dilihat dari cara dia mengendarai motornya yang ngebut dan mengikuti kendaraan orang lain di depannya dengan tujuan supaya ada teman perjalanan, ya walaupun orang yang diikuti tadi sudah sampai duluan ke tempat tujuannya. Saya berani bertaruh, bahwa orang yang kami ikuti tadi pasti juga merasa takut berjalan sendiri di kegelapan malam dan merasa senang ada motor lain yang melintas bersama dengannya, yaitu kami. Saya pun yakin, ketika dia sudah tiba terlebih dahulu di tempat tujuannya, pasti di dalam hatinya dia berkata, “Asyik sudah sampai. Terima kasih sudah mengikuti dan menemaniku.”, dan dengan tawa jahat dia pun berkata, ”hehehe, sekarang rasakan kalian, jalan sendirian di tengah kegelapan malam dan tidak tak ada teman kendaraan lain, hahaha”.

Bersambung ke Part . . . 4

***
Share:

Selasa, 18 September 2018

Kisah Klasik "Kuliah Kerja Nyata" #KKN GEMPAR 2014 (Part 2)

Sebelumnya di Part . . . 1

Singkat cerita, satu bulan pun berlalu. Semua program kerja yang telah kami buat Alhamdulillah dapat berjalan lancar. Kami pun pulang ke rumah masing-masing dan kembali melakukan rutinitas seperti biasa layaknya sebelum KKN. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Kesan-kesan aneh yang tadinya negatif tentang KKN dan desa pun hilang, berubah 360 derajat menjadi sekumpulan kesan positif dalam bentuk kekaguman. Ternyata selama ini, saya telah salah menilai tentang semua itu. Bahkan sebaliknya, saya sangat jatuh cinta dengan adanya kegiatan KKN ini yang dilakukan di Desa Sukaharja. Ingin rasanya, saya melakukan sekali lagi kegiatan KKN ini, dan jika perlu lebih sering lagi. Oh tidak! Betapa bodohnya saya yang sempat berpikir negatif tentangnya. Saya akui, jika saya sangat marah terhadap diri saya sendiri dan menyesal  bisa memiliki pikiran seperti itu. Terima kasih Ya Allah sudah menyadarkan saya melalui kegiatan KKN ini.

Selama satu bulan melaksanakan kegiatan KKN di Desa Sukaharja, saya pribadi mengalami hal-hal yang sungguh luar biasa, yang tidak mungkin saya dapatkan di kehidupan Kota Jakarta. Banyak sekali momen-momen yang tak terlupakan yang membuat saya selalu terbayang akan setiap sudut Desa Sukaharja ketika kaki ini tidak lagi berpijak di sana. Mungkin jumlahnya tak terhitung, walaupun demikian saya masih dapat merasakan semuanya hingga sekarang. Saya bingung, dan entah harus mulai dari mana saya menceritakan pengalaman-pengalaman tak ternilai ini kepada para pembaca buku ini. Mungkin kesan-kesan yang akan saya tuangkan dalam tulisan ini dapat mewakili semua kesan dari sekian banyakanya kesan yang saya alami di Desa Sukaharja, yang tidak mungkin dapat saya ceritakan semuanya. Yang jelas, selama berada di sana saya mendapatkan banyak sekali hikmah yang dapat saya petik dari berbagai ilmu, pelajaran dan pengalaman yang telah saya lihat dan saya alami, yang tentunya tidak saya dapatkan di bangku perkuliahan. Saya berharap dengan memetik hikmah tersebut, saya bisa menjadi manusia yang lebih mandiri, lebih dewasa dalam menjalani hidup, dan lebih berguna lagi bagi orang lain. Di sana, saya banyak belajar untuk bagaimana cara bertoleransi yang benar dan baik dalam menghargai orang lain, serta belajar bagaimana cara memahami dan menyikapi orang-orang yang memiliki berbagai macam karakter yang berbeda satu sama lainnya. Di sana kami benar-benar diajarkan untuk hidup mandiri dan sederhana, jauh dari kata mewah. Mulai dari pakaian yang harus kita cuci sendiri, makan-makanan yang kami konsumsi setiap harinya, hingga gadget mahal yang kurang berfungsi dikarenakan sinyal yang sulit didapat. Namun di balik kondisi itu semua, saya bersyukur, karena ada nilai-nilai tersendiri yang dapat dijadikan pelajaran oleh kami, terutama saya sendiri. Saya yang biasa di Jakarta makan sepiring untuk sendiri, maka di sana saya diajarkan supaya makan tidak berlebihan, dengan setampan untuk empat orang dengan satu rasa yang sama. Urusan kenyang atau tidaknya pun dijalani bersama-sama. Alhamdulillah, selama KKN di sana pola makan saya teratur dan terjaga. Lalu, kami yang setiap harinya di Jakarta biasa bermain handphone super mewah untuk sekedar berinternetan dan bersosialmediaan dengan kerabat di dunia maya, maka di sana kami diajarkan untuk hidup tanpa internet dan diajarkan untuk berkomunikasi langsung di dunia nyata secara intens. Ya, walaupun bisa saja kami mendapatkan sinyal, asalkan jika kami mau mencari sinyal di tengah lapangan yang luas dan tempat yang tinggi, itupun hanya kartu perdana XL yang dapat digunakan di sana. Nah, dengan tidak adanya internet ini, saya merasakan adanya kedekatan emosional tersendiri antara hubungan yang satu dengan yang lainnya, yang membuat kebersamaan kami pun semakin intens. Di mana segala sesuatunya kami jalani bersama dengan penuh canda-tawa. Bahkan, HP yang tidak bisa untuk internetan tadi dijadikan oleh kami untuk berfoto-foto yang menambah kedekatan di antara kami. Coba deh bayangkan, apabila internet di HP mereka masing-masing berfungsi, maka apa yang terjadi? Yang pasti, mereka akan sibuk bermain HP sendiri-sendiri dan tidak akan duduk bersama dalam satu tempat. Mereka yang bermain HP akan cenderung berbicara, tertawa, dan tersenyum sendiri seperti orang autis, hahaha.

Masih terniang di ingatan saya, hal-hal sepele nan lucu apa saja yang terjadi di setiap sela-sela waktu kosong kami, baik itu pada pagi, siang, sore, maupun malam hari sebelum maupun sesudah melakukan aktifitas KKN. Kami selalu berkumpul dan bercengkrama bersama untuk sekedar mengobrol santai, bercanda tawa dengan berbagai permainan yang kami buat, bernyanyi-nyayi setengah gila mengikuti alunan lagu yang kami setel di laptop, berebut “bantal pocong” dengan Mu’min saat menjelang tidur, hingga berebut mencari sinyal di jendela rumah yang kami huni di sana. Permainan gila yang sering kami mainkan yaitu karambol dan kartu remi. Jika sudah bermain karambol, itu yang namanya tertawa tidak bisa ditahan lagi. Sampai-sampai yang tertawa bisa mengeluarkan air mata karena saking lucunya. Dalam permainan ini, hukuman bagi kami yang timnya kalah yaitu dicoreng dengan bedak. Puncak kehebohan dan kelucuan itu terjadi ketika sedang ingin menaburkan bedak ke wajah tim yang kalah. Apalagi jika bermainnya dengan si Yuni, yang tidak lain adalah si “Ratu Sodok” (begitulah kami menyebutnya), hahaha. Padahal dia itu adalah seorang wanita, tapi sangat ahli dalam hal menyodok di permainan karambol ini. Kalau kata-kata yang sering dia diucapkan itu, “iiieeeyuhhh bingits”, bahasa alay nan lebay yang menyebar ke anggota KKN GEMPAR, bahkan hingga ke anak-anak kecil di sana, hahaha. Permainan gila selanjutnya yaitu kartu remi. Kami biasa memainkannya dalam jenis “ceki” ataupun “pokerPermainan ini hanya dimainkan oleh laki-lakinya saja. Jika sudah bermain ini, maka kami yang bermain akan lupa waktu dan pasti sampai larut malam. Nah, untuk hukumannya berbeda dengan permainan karambol yang dicoreng bedak jika kalah, di sini jika yang kalah maka akan disuruh jongkok sampai yang kalah bisa menang pertama. Saya sendiri pun tidak luput dari hukuman itu, hehehe. Kami juga pernah diundang oleh salah satu aparatur desa yang bernama Pak Benny untuk bermain playstation di rumahnya hingga larut malam. Rasanya senang sekali bisa bermain bersama dengan salah satu aparatur desa. Terima kasih Pak Ben (sapaan akrab kami kepada beliau) sudah mengundang kami, hehehe. Selain bermain, kami juga selalu bernyanyi bersama mengikuti alunan lagu yang kami setel di laptop. Biasanya lagu yang sering diputar itu lagu dari band Tipe-X yang berjudul “Kamu Ga’ Sendirian”. Nah, jika lagu ini sudah diputar, kami serumah pasti berteriak-teriak memanggil nama Risna dan menyuruhnya untuk menyanyikannya. Awalnya saya bingung dan dikira ada apa, eh usut punya usut, ternyata dia itu adalah salah satu fans berat dari band Tipe-X. Padahal jika dilihat dari penampilannya, dia itu wanita yang muslimah sekali dan tipe-tipe wanita yang tidak menyukai lagu-lagu seperti itu, tapi faktanya berbeda dan seleranya boleh juga, hahaha. Ada lagi kejadian lucu di saat anak-anak KKN GEMPAR mencari sinyal di rumah. Untuk mendapatkan sinyal, mereka harus berebut posisi yang tepat untuk meletakkan HPnya. Anehnya, tempat yang hanya bisa menghasilkan sinyal kuat itu berada di jendela rumah. Alhasil, mereka pun harus berhimpit-himpitan. Banyak hal juga yang membuat saya pribadi sangat senang di sini. Salah satunya yaitu ketika ada beberapa anak yang memberikan saya hadiah dalam bentuk kado dan gambar mengenai diri saya. Itu terjadi menjelang acara perpisahan KKN GEMPAR dengan Desa Sukaharja. Sungguh, saya sangat mengapresiasikan sekali tindakan mereka yang sudah mempunyai niat untuk membuat dan memberikan kado buat saya, dan hal ini tidak akan saya lupakan.

Bersambung ke Part . . . 3 - 4
***
Share:

Kisah Klasik "Kuliah Kerja Nyata" #KKN GEMPAR 2014 (Part 1)

Berbicara mengenai Kuliah Kerja Nyata atau sering disebut KKN, saya teringat apa yang pernah dahulu saya pikirkan tentangnya. Awalnya, saya beserta teman-teman saya menentang dan mengkritiki dengan diadakannya program KKN ini. Pada saat itu saya berpikir, kenapa sih harus diadakan “Kuliah Kerja Nyata” di desa-desa, apalagi desa terpencil pula, dan kenapa tidak diadakan program “magang” atau “kerja” di salah satu perusahaan, dimana akan sangat sinkron dengan latar belakang fakultas dan jurusan yang saya ambil di bangku perkuliahan. Belum lagi pikiran-pikiran negatif yang berasal dari ketakutan-ketakutan saya terhadap sebuah desa terpencil yang dipenuhi dengan berbagai permasalahan yang saya harus siap hadapi apabila KKN ini dilaksanakan. Ketakutan itu mulai dari dana yang harus dipersiapkan, air bersih yang sulit didapat, tempat tinggal yang jauh dari keramaian kota, hidup dengan orang-orang yang tidak saya kenal, akses transportasi yang susah, tidak adanya sinyal, waktu KKN yang begitu lama dan masih banyak lainnya. “Oh nooo!”, keluh saya di dalam hati.

Hari-hari pun berlalu, dan dengan perlahan saya mulai menerima keputusan dari universitas itu. Yah, walaupun pada saat itu dengan setengah hati. Saya pun mempersiapkan diri untuk segala sesuatunya. Saya awali dengan pencarian anggota kelompok untuk program KKN, yang mana anggota-anggota dari kelompok KKN ini nantinya akan menjadi teman seperjuangan saya dalam mendesign, melaksanakan dan menyukseskan program-program kerja yang akan dibuat bersama. Setelah mencari-cari anggota kelompok yang cocok dan sempat mendapatkan beberapa tawaran dari berbagai kelompok, akhirnya saya memutuskan untuk bergabung dan menerima tawaran dari teman dekat saya yang bernama Dede Saepudin, yang pada nantinya kelompok ini bernama KKN GEMPAR.

Kelompok ini berjumlah 14 orang dan didominasi oleh anak-anak alumni Pondok Pesantren As-Syiddiqiah. Hanya beberapa orang saja yang bukan, termasuk saya. Sebelum masuk ke dalam kelompok ini, saya sudah mengenal beberapa orang, sebut saja Iksan, Alam, Faiz dan Mu’min. Nah, Iksan ini adalah teman dekat saya di kampus dan kebetulan satu jurusan. Untuk Alam, Faiz, dan Mu’min, mereka adalah teman satu kosan Dede Saepudin, yang tidak lain adalah teman satu jurusan juga dengan saya sepeti halnya Iksan. Ketika saya dan Iksan sudah tidak ada jam kuliah lagi, kita berdua sering bermain ke kosan Dede untuk sekedar beristirahat. Itulah mengapa saya mengenal mereka bertiga. Walaupun demikian, ketika awal mula saya masuk dalam kelompok ini dan memperkenalkan siapa saya ke anggota lainnya, saya masih diselimuti rasa canggung. Mungkin karena sifat saya yang pemalu akan orang baru yang belum saya kenal, hehehe. Pikiran-pikiran aneh saya pun muncul lagi terhadap karakter masing-masing orang yang ada pada kelompok KKN GEMPAR ini. “Wah jangan-jangan dia orangnya seperti ini? Wah jangan-jangan dia orangnya seperti itu? Ah sudahlah, biar waktu yang menunjukkannya”, sangka saya di dalam hati.

Minggu demi minggu, kami mengadakan rapat dalam rangka pembuatan program kerja KKN dan membahas kebutuhan apa-apa saja yang harus dipersiapkan nantinya. Akhirnya, tiba juga hari di mana saya dan semua anggota KKN GEMPAR siap untuk berangkat dan siap untuk mengaplikasikan semua program kerja yang telah dibuat bersama dari hasil rapat yang begitu panjang. Setelah menempuh sekitar beberapa jam perjalanan dari Ciputat, akhirnya kami pun tiba di lokasi KKN. Ya, Desa Sukaharja namanya. Sebuah desa kecil di Kecamatan Sukamamur, tepatnya di sebelah timur Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa yang memiliki luas wilayah ±3.650 Ha dan tercatat dihuni oleh 6.881 jiwa atau 1.892 kepala keluarga pada akhir bulan September 2010. Desa di mana saya beserta kawan-kawan KKN GEMPAR akan mengabdikan diri sebagai representasi dari salah satu isi Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pengabdian masyarakat.

Bersambung ke Part . . . 2 - 3 - 4

***
Share:

Cara Mengembalikan Flag Counter yang Hilang di Blogger

Berawal dari gonta-ganti template blog pada September 2018, tidak sengaja ternyata saya menghapus data Flag Counter yang selama ini telah ada sejak tahun 2013. Alhasil, semua data count yang selama ini sudah terkumpul lumayan banyak, harus dimulai dari awal ketika ingin membuat Flag Counter baru. Asli ngenes. Setelah saya gugling sana-sini, sebenarnya saya mendapatkan solusinya. Namun, saya melihat cara tersebut sangat sulit untuk saya ikuti. Tidak menyerah sampai di situ, akhirnya saya mengunjungi website resmi Flag Counter. Dari sinilah, saya mendapatkan salah satu cara untuk mengembalikan data count Flag Counter kita yang hilang. Adapun caranya yaitu sebagai berikut:

  1. Buka http://flagcounter.boardhost.com/ di mesin pencarian Anda.
  2. Setelah muncul tampilan seperti di bawah ini, lalu lihat pada bagian Check the Internet Archive dan klik http://web.archive.org.

  3. Lalu, masukan URL blogger Anda ke dalam kotak biru. Untuk contoh saya memasukkan URL.
  4. Setelah memasukkan URL, Anda akan melihat tampilan data history blogger yang Anda miliki. Langkah selanjutnya, carilah angka yang bertuliskan huruf tebal. Untuk kasus di bawah, hanya terdapat dua saja, yaitu 16 Januari 2018 dan 14 Maret 2018. Lalu mana yang harus kita pilih?Oke, pilihlah tanggal yang paling mendekati terbaru, untuk kasus contoh ini, saya memilih tanggal 14 Maret 2018. Lalu, klik angka 14. 
  5. Selanjutnya, akan muncul data history blogger Anda, dan carilah gambar widget Flag Counter seperti contoh berikut. Jika sudah menemukannya, klik gambar tersebut. 
  6. Tunggu hingga muncul tampilan seperti berikut. Carilah tulisan Regenerate HTML di pojok kiri bawah, kemudian klik.
  7. Setelah itu akan muncul tampilan seperti berikut. Anda akan melihat data Flag Counter seperti yang ada pada Tahap 5. Jika ingin merubah tampilannya, Anda hanya perlu mengaturnya. Jika dirasa sudah seperti yang Anda inginkan, klik Get Your Flag Counter. Ikuti langkahnya.
  8. Setelah itu, Anda akan mendapatkan kode HTML Flag Counter data lama Anda tanpa harus memulai dari hitungan awal (0) lagi. Anda hanya perlu menyalinnya.
  9. Langkah terakhir setelah Anda mendapatkan dan menyalin kode HTML Flag Counter yaitu, Login ke akun blogger Anda - Tata Letak - Tambahkan Gadget - HTML/JavaScript - Masukkan judul dan kode HTML yang tadi kalian copy - Simpan
  10. SELESAI. Anda bisa mengeceknya di tampilan blogger Anda.
Semoga bermanfaat.
- Jumadi 2018
Share:

Peta Desa Sukaharja, Kecamatan Sukamakmur - Bogor


Ini adalah peta Desa Sukaharja, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor bagian Timur - Jawa Barat, Indonesia. Peta ini dibuat ketika saya masih dalam menjalani program Kuliah Kerja Nyata yang diadakan oleh kampus pada tahun 2014. 

Peta Desa Sukaharja - Kecamatan Sukamakmur


Peta ini dibuat berdasarkan data-data yang diperoleh dari Kantor Desa Sukaharja, dan kurang lebih hasilnya seperti ini. Semoga gambar ini bisa bermanfaat bagi teman-teman yang sedang membutuhkan. Karena jujur, pada saat itu sangat sulit mendapatkan data dan informasi mengenai desa ini yang mungkin karena letaknya yang masih dalam kategori desa terpencil. Namun belakangan ini, Desa Sukaharja sudah mulai dikenal oleh beberapa kalangan traveler, khususnya traveler asal JABODETABEK. Hal ini dikarenakan di Desa Sukaharja ini terdapat sebuah wisata alam yang salah satunya dikenal dengan wisata Gunung Batu. Yap, Gunung Batu mungkin salah satu tempat wisata yang sangat cocok bagi para traveler yang hobi dalam mendaki gunung, dan sangat direkomendasikan bagi para pemula yang belum pernah mendaki gunung namun memiliki keinginan untuk mendaki gunung. Karena Gunung Batu ini hanya memiliki ketinggian kurang lebih 875mdpl. Hmmm, cukup pendek bukan. Penasaran? Langsung dah kuy kunjungi!!!
Share: