Selasa, 25 September 2018

Kisah Klasik "Kuliah Kerja Nyata" #KKN GEMPAR 2014 (Part 4)

Sebelumnya di Part . . . 1 - 2 - 3

Salah satu alasan yang membuat saya nyaman dan betah untuk tinggal di sana yaitu adanya anak-anak kecil yang senantiasa menghibur. Semangat dan senyuman mereka bisa menjadi obat penyembuh di kala letihnya saya dari padatnya aktifitas. Membakar kembali semangat saya yang ingin padam. Dari yang saya lihat, mereka sangat ramah dan senang dengan kehadiran orang asing. Sikap polos dan keagamisan mereka sangat jelas terlihat. Ini bisa dilihat dari cara mereka menyapa orang lain di jalan dengan mengucapkan kalimat “assalamualaikum”. Mungkin itu karena didikan yang ditanamkan oleh orang tua dan guru mereka di sana. Sangat berbeda dengan anak-anak kecil di Jakarta, yang identik dengan sikap acuh tak acuhnya dan sikap kekurangsopanan terhadap orang lain.

Rumah kami sering diramaikan dengan kehadiran anak-anak. Hampir tiap harinya rumah kami tidak pernah sepi. Mereka datang untuk sekedar belajar dan bermain di taman baca yang kami buat. Melihat anak-anak kecil desa bisa berkumpul dan bermain bersama dengan yang lainnya membuat saya teringat akan masa kecil saya dulu. Di mana pada masa-masa kecil, saya masih bisa merasakan permainan tradisional bersama-sama seperti anak-anak kecil di sana. Berbeda dengan anak-anak kecil di perkotaan pada masa kini, yang jika saya lihat cenderung individu dengan permainan teknologi yang mereka miliki. Mungkin karena itulah, yang membuat saya menyukai dunia anak-anak, apalagi jika melihat mereka bisa bermain bersama dengan teman-temannya.

Dari banyaknya anak-anak yang sering datang ke rumah kami, ada dua diantaranya yang menjadi pusat perhatian saya selama ini, yang membuat saya merasa bangga akan semangatnya dan terharu akan kondisinya. Sepasang kakak beradik yang tiap beberapa harinya harus menempuh perjalanan jauh, sekitar kurang lebih satu jaman ke taman baca kami hanya untuk sekedar belajar dengan anak-anak desa lainnya. Semangat belajarnya yang sungguh luar biasa membuat saya malu akan diri saya sendiri, di mana dengan keadaan mereka yang serba kekurangan masih bisa mempunyai semangat seperti itu. Ketika saya dan beberapa teman saya, sebut saja  Alung, Yuni dan Risna mengantarkan mereka pulang ke rumahnya usai taman baca selesai, hati kami merasa teriris. Melihat kondisi keluarga dan rumahnya yang berada di tengah-tengah sawah tanpa ada pencahayaan lampu listrik, menambah kami merasa terharu dan tergerak untuk melakukan sesuatu. Miris sekali rasanya, di zaman yang serba modern ini masih saja ada rumah yang tanpa adanya listrik. Namun, di balik senyuman mereka berdua, terdapat sebuah harapan yang tersimpan dan rasa yang terpendam akan sesuatu. Ya, menyimpan asa, memendam rasa. Entah apa itu, saya tidak tahu. Setidaknya itulah yang saya pribadi rasakan.

Itulah kesan-kesan yang dapat saya tuangkan ke dalam bentuk tulisan. Pada intinya, semua suka, duka, canda, tawa, senang, sedih, galau, cinta, lelah, manis, dan pahit, semua terangkum menjadi satu ikatan momen kenangan yang tak ternilai buat saya sendiri. Kelak di suatu hari nanti, semua rasa ini pasti akan saya rindukan dan akan menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan  bagi saya, dan mungkin kawan-kawan KKN GEMPAR. Saya ucapkan maturnuhun untuk semua kawan-kawan KKN GEMPAR (Neneng Sobibatu Rohmah, Tubagus Chaerul Alam, Dede Saepudin, Muhammad Ikhsan, Mu’min Billah, Yuni Rahmawati, Risna Nur Hasanah, Yayah Zahriyatul Fahiroh, Rizky Nurul Haq, Faiz Muhammad Yusuf, Listia Guntari, Fahrul Yusuf, Ahmadi) atas kerja sama kalian selama satu bulan di sana, suatu kehormatan bagi saya bisa bekerja bersama kalian semua, dan maturnuhun juga untuk semua masyarakat Desa Sukaharja yang selama ini telah menerima kami semua layaknya keluarga sendiri dengan hati terbuka. Semoga apa yang telah kami semua lakukan di sana meninggalkan kesan positif bagi masyarakat di sana.

Salam KKN GEMPAR for you-from me, Jumadi.
Sekian.
 ***
Share:

0 Komen:

Posting Komentar